ita.surojoyo.com: SURABAYA – Pembacaan penggalan karya Franz Kafka dalam ragam bahasa pada ꧌ꦥꦼꦫꦶꦔꦠꦤ꧀꧍ peringatan Kafka 101 terlaksana di Perpustakaan C20 di jalan Cipto 20 Surabaya pada Sabtu (22/2/25). Suasana itu memaknai peringatan 101 tahun peringatan meninggalnya Kafka (3 Juli 1883 – 3 Juni 1924) dan ꧌ꦲꦫꦶꦧꦲꦱꦅꦧꦸ꧍ Hari Bahasa Ibu Internasional (International Mother Language Day) yang secara formal jatuh pada ꧌꧇꧒꧑꧇ꦥ꦳ꦺꦧꦿꦸꦮꦫꦶ꧇꧒꧐꧒꧕꧇꧍ 21 Februari 2025.Pembacaan dalam bahasa Indonesia dibawakan oleh Novita dari ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni. Sementara pembacaan dalam bahasa Jawa dibawakan oleh penerjemah Kafka dalam bahasa Jawa, Sugito Sosrosasmito. ꧌ꦱꦼꦝꦔ꧀ꦏꦤ꧀꧍ Sedangkan cuplikan dalam bahasa Madura ole penerjemah ke dalam bahasa Madura, Rizaldi. ꧌ꦥꦼꦚꦼꦊꦔ꧀ꦒꦫꦴꦤ꧀꧍ Penyelenggaraan acara yang bertajuk “Celebrating Kafka 101” ini ꧌ꦮꦶꦱ꧀ꦩꦗꦺꦂꦩꦤ꧀꧍ Wisma Jerman bekerjasama yang salah satunya dengan ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni.

Mike Neuber ꧌ꦩꦼꦔꦩꦠꦶ꧍ mengamati brosur dengan aksara Jawa. Foto: nnang

Rajapatni menuliskan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa pada media flyer, yang dibuat oleh Wisma Jerman. Isinya adalah tentang riwayat singkat Kafka, nama karya karya Kafka berikut tahun penerbitan dan agenda kegiatan pada Sabtu siang itu. ꧌ꦩꦼꦔꦮꦭꦶ꧍ Mengawali pembacaan penggalan. Karya Kafka yang berjudul The Metamorfosis itu adalah paparan yang memperkenalkan (membumikan) Kafka. ꧌ꦥꦼꦔꦼꦤꦭꦤ꧀꧍ Pengenalan Kafka ini sekaligus wisata sastra yang menjadi jejak Kafka pada semasa hidupnya.

Tim ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni bersama Manager Wisma Jerman Mike Neuber usai acara. Foto: par

Mengenal Kafka tidak hanya dari karya karyanya tetapi juga pada tempat tempat yang menjadi ꧌ꦱꦏ꧀ꦱꦶꦧꦶꦱꦸ꧍ saksi bisu terhadap sosok Kafka ketika berekspresi menulis dan membuat karya karyanya. Karya Kafka ini sangat manusiawi yang bernilai universal. Diantaranya ꧌ꦧꦼꦂꦤꦶꦭꦻ꧍ bernilai realisme yang mengeksplorasi tentang kecemasan, rasa bersalah dan kecemasan. Diantaranya ꧌ꦧꦼꦂꦗꦸꦝꦸꦭ꧀꧍ berjudul The Metamorfosis (1916). ꧌ꦏꦉꦤ꧍ Karena bernilai universal inilah, The Metamorfosis diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dunia, termasuk di Indonesia tidak hanya ke dalam bahasa Indonesia, tetapi ke dalam ꧌꧇꧑꧓꧇ꦧꦲꦱꦝꦌꦫꦃ꧍ 13 bahasa daerah.

꧌ꦱꦼꦩꦫꦏ꧀꧍ Semarak acara. Foto: Nanang

꧌ꦩꦼꦤꦸꦫꦸꦠ꧀꧍ Menurut salah satu narasumber Yusri Fajar, makam Kafka di Praha menjadi satu spot wisata untuk mengenang dan belajar tentang siapakah Franz Kafka, seperti halnya di Makam Peneleh dengan sosok atau ꧌ꦠꦺꦴꦏꦺꦴꦃꦥꦼꦤ꧀ꦠꦶꦁ꧍ tokoh penting terkait dengan, misalnya karya karya sastra. Contohnya adalah Van der Tuuk, yang dikenal sebagai tokoh penerjemah Bible ke dalam banyak bahasa daerah. Van der Tuuk juga dikenal ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai sosok yang memperkenalkan bahasa Melayu yang berikutnya kita kenal menjadi ꧌ꦧꦲꦱꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Bahasa Indonesia.

Para ꧌ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦶꦕꦫ꧍ pembicara dari kiri Sugito Sastrosasmito, Rizaldi, Yusri Fajar dan moderator Lutfi Saksono.

Mengenal Van der Tuuk adalah mengenal awal mula sejarah bahasa Indonesia. Pun demikian dalam ꧌ꦧꦼꦂꦮꦶꦱꦠ꧍ berwisata dengan jejak Franz Kafka. Dari jejak Kafka, kita dapat ꧌ꦩꦼꦧꦼꦤꦭ꧀꧍ mengenal berbagai isu mulai isu kemanusiaan, sosial, isu keterpurukan, depresi dan sebagainya. Demikian kata ꧌ꦪꦸꦱꦿꦶꦥ꦳ꦗꦂ꧍ Yusri Fajar yang merasakan berwisata ke makam Franz Kafka di Praha. Dia menambahkan bahwa ꧌ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya juga punya sastrawan ꧌ꦱꦸꦥꦂꦡꦧꦿꦠ꧍ Suparto Brata yang kalau bisa dibuat wisata maka akan banyak dipelajari apa apa yang menjadi sudut pandang karya karya Suparto Brata. Selain menulis dalam ꧌ꦱꦱꦠꦿꦗꦮ꧍ sastra Jawa, isi tulisan Suparto Brata adalah mengenai sejarah kota Surabaya. Jadi mengenal Suparto Brata adalah mengenal ꧌ꦱꦼꦗꦫꦃ꧍ sejarah yang menjadi sudut pandangnya. Sementara itu Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, sangat mengapresiasi ꧌ꦅꦤꦶꦱꦶꦪꦱꦶ꧍ inisiasi mengadakan acara dalam memperingati ꧌꧇꧑꧐꧑꧇ꦠꦲꦸꦤ꧀꧍ 101 tahun meninggalnya penulis dan sastrawan yang fenomenal Franz Kafka dan memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional. Menurut Mike Neuber isi karya sastra Franz Kafka masih ꧌ꦫꦺꦊꦮ꦳ꦤ꧀꧍ relevan sepanjang zaman.

Aksara Jawa menyemarakkan ꧌ꦄꦕꦫ꧍ acara. Foto: Nanang

Karenanya tepat sekali mengusung Kafka dengan tema Membumikan Kafka di Indonesia yang memang sebagai sebuah negara yang penuh ꧌ꦏꦼꦩꦗꦼꦩꦸꦏꦤ꧀꧍ kemajemukan. Menurut Koordinator bidang Kebudayaan Wisma Jerman acara Celebrating Kafka 101 ini ꧌ꦝꦶꦲꦝꦶꦫꦶ꧍ dihadiri oleh audience sekitar 80 orang. “Ternyata melebihi perkiraan. Lumayan banyak”, kata ꧌ꦝꦲꦤꦄꦢꦶ꧍ Dhahana Adi yang akrab dipanggil Ipung.Acara ini mulai dari ꧌ꦥꦸꦏꦸꦭ꧀꧍ pukul 13:00 hingga 15:30. (PAR/nng)

Leave a Reply